Rabu, Agustus 13, 2008

ARTI PENTINGANYA BELAJAR BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok ummat manusia (bangsa) ditengah-tengah persaigan yang semakin ketat diantara bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut, kenyataan tragis bisa pula terjadi karena belajar, contoh, tidak sedikit orang pintar yang menggunakan kepintarannya untuk membuat orang lain terpuruk atau bahkan menghancurkan kehidupannya tersebut.

Kenyataan tragis lainnya yang lebih parah juga terkadang muncul karena hasil belajar. Hasil belajar pengetahuan dan teknologi tinggi, misalnya, tak jarang digunakan untuk membuat senjata pemusnah sesame umat manusia. Alhasil, kinerja akademik (academic ferformance) yang merupakan hasil belajar itu, disamping membawa manfaat terkadang juga membawa mudarat. Akan kehilangan arti penting upaya belajar karena timbulnya tragedy-tragedi tadi.

Meskipun ada dampak negative dari hasil belajar pada sekelompok manusia tertentu, kegiatan belajar tetap memilki arti penting alasannya, seperti yang telah dikemukakan di atas, belajar itu berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Artinya, dengan ilmu dan teknologi hasil belajar, maka kelompok manusia dapat menggunakan untuk membangun benteng pertahanan. Iptek juga dapat dipakai untuk membuat senjata penangkis agresi sekelompok manusia tertentu yang bernafsuh serakah atau mengalami gangguan psychopathy yang berwatak merusak dan antisocial. (Rebert, 1998).

Selanjutnya, dalam persfektif keagamaan pun (dalam hal ini islam) belajar merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dlam rangka meningkatkan derajat kehidupa mereka. Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadalah (58) : 11, yang artinya:
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”


Ilmu dalam hal ini tentu saja tidak hanya berupa pengetahuan agama tetapi juga berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan kemajuan zaman. Selain itu, ilmu tersebut juga harus bermanfaat bagi kehidupan orang banyak disamping bagi kehidupan diri pemilik ilmu itu sendiri.

Berdasarkan pertmbangan-pertimbangan di atas, para calon guru atau guru professional atau Dosen seyogyanya melihat hasil belajar siswa atau mahasiswa dari berbagai sudut kinerja psikologis yang utuh dan menyeluruh. Sehubungan dengan itu, seorang siswa atau mahasiswa yang menempuh proses belajar, idealnya ditandai oleh munculnya pengalaman-penglaman psikologis baru yang positif. Ppengalaman yang bersifat kejiwaan tersebut diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, sikaf, dan kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif (merusak)

Untuk mencapai hasil belajar yang ideal, kemampuan para pendidik dalam membimbing belajar murid-muridnya atau mahasiswanya amat dituntut. Jika guru atau dosen dalam keadaan siap dan memiliki profesiensi (berkemampuan tinggi) dalam menunaikan kewajibannya, maka harapan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas sudah tetntu akan tercapai.

Referensi : Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Logos wacana Ilmu. Jakarta: 1999

0 komentar:

Created By SoraTemplates | Distributed By MyBloggerThemes